بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Kembali lagi dengan tugas yang sama namun dengan tema yang berbeda kali ini saya disuruh ibu dosen untuk mengutip sebuah cerita yang berasal dari sebuah buku yang berhubungan dengan Manusia dan Pandangan Hidup.
Kali ini saya akan membahas tentang pandangan hidup Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
S.M. Kartosoewirjo adalah sosok yang gigih dan tak kenal lelah dalam memperjuangkan agar indonesia menjadi negara islam atau negara non-sekuler. Bertahun-tahun Kartosoewirjo berjuang dengan pasukan geriliyanya melalui pergerakan yang dikenal dengan nama DI/TII. Gerakan yang dianggap sebagai pemberontakan oleh pemerintah Soekarno ini nyatanya cukup sulit diberantas.
Berbicara tentang DI/TII, maka tidak akan lepas dari sosok S.M. Kartosoewirjo. Ia adalah imam yang memimpin gerakan ini selama bertahun-tahun. Perjuangannya didasari keinginan untuk membentuk Indonesia menjadi Negara Islam, bukan negara Sekuler. Oleh karena itu ia banyak bertentangan dengan tokoh-tokoh nasionalis seperti Soekarno.
Padahal, Soekarno dan Kartosoewirjo merupakan murid H.O.S Tjokroaminoto. Jika Soekarno mewarisi keahlian berpidato dari Tjokroaminoto, Kartosoewirjo justru mewarisi keahlian tulis menulis.
Tjokroaminoto juga banyak mempengaruhi sikap, tindakan dan orientasi politik Kartosoewirjo hingga ia menjadi sosok yang Islam-minded.Semua aktivitasnya kemudian hanya untuk mempelajari Islam dan berbuat Islam semata. Pada akhirnya Kartosoewirjo bercita-cita mendirikan negara Islam (Daulah Islamiyah).
Kartosoewirjo sejak awal sudah memiliki gagasan tentang suatu masyarakat Islam yang benar-benar sempurna, baik secara ideologi maupun ide, Dalam satu hal tulisannya ia menulis "Bahwa semua orang dapat ikut membangun dunia baru yang memberi jaminan akan kemakmuran, bagi tiap-tiap bagian daripada Keluarga Asia Timur Raya, apabila mereka kembali kepada ajaran Rasulullah dan umat Islam sadar akan kedudukannya."
Dalam buku Daftar Usaha Hidjrah PSII, Kartosoewirjo membagi struktur masyarakat Indonesia ke dalam tiga bagian.
Pertama, masyarakat Hindia Belanda sebagai penjajah yang berkuasa. Kedua, masyarakat Indonesia yang belum memiliki hukum mauoun hak dan tidak mempunyai pemerintahan sendiri. Ketiga, masyarakat Islam yang berada dibawah Darul Islam.
Kartosoewirjo juga membedakan antara masyarakat Indonesia dengan masyarakat Islam. Masyarakat Indonesia mengarahkan langkah dan sepak terjangnya ke arah Indonesia Raya supaya berbakti kepada negeri tumpah darahnya.Sebaliknya, kaum muslimin yang hidup dalam masyarakat Islam atau Darul Islam tidak ingin berbakti kepada Indonesia atau siapa pun melainkan hanya ingin berbakti kepada Allah Swt.
Jadi, maksud dan tujuan Darul Islam bukan Indonesia Raya, melainkan Darul Islam yang sesempurnya-sempurnanya, tempat setiapMuslim menjalankan hukum-hukum Tuhan. Tidak heran jika pemikiran politik Kartosoewirjo berujung pada obsesi pendirian Negara Islam Indonesia. Baginya, NII adalah wadah satu-satunya untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat.
Agar tidak terjadi kesalahpahaman, perlu saya tegaskan bahwa cerita ini adalah kutipan dari sebuah buku. dan cerita ini ditujukan murni hanya untuk pengerjaan tugas semata tanpa ada unsur apa pun.
Sekali lagi saya meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan. Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada sumber dari tulisan diatas.baik untuk penulis,pengarang dan penerbit buku.
Sumber :
Ade Firmansyah, (2011), SM. Kartosoewirjo Biografi Singkat 1907-1962, Cetakan Kedua, Jogjakarta : Garasi
TUGAS ILMU BUDAYA DASAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar